Bangil, 07 Agustus 2025 STAI Salafiyah Bangil turut berpartisipasi dalam kegiatan koordinasi tindak lanjut kerja sama antara Kementerian Agama Republik Indonesia dan Kedutaan Besar Inggris yang diselenggarakan secara daring oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Ditjen Pendidikan Islam, dan Kemenag RI. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan antara Menteri Agama RI dengan Duta Besar Inggris, yang salah satu pembahasannya menyoroti pengembangan kerja sama pendidikan Islam di Indonesia. Dalam pertemuan ini, pimpinan dari berbagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan Swasta (PTKIS) se-Indonesia hadir untuk menggali arah kebijakan strategis serta menjajaki peluang kerja sama lebih lanjut.
Acara dimulai pada pukul 09.00 WIB melalui platform Zoom, diawali dengan pembukaan dan pengarahan kebijakan strategis pengembangan Pendidikan Islam yang disampaikan oleh Prof. Dr. Suyitno, M.Ag dan Farid F. Saenong, Ph.D. Keduanya menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam mendukung transformasi pendidikan Islam yang inklusif dan adaptif terhadap tantangan global.
Agenda dilanjutkan dengan sesi pendalaman kerja sama antara Ditjen Pendidikan Islam dan Kedutaan Besar Inggris, yang mencakup berbagai bidang strategis seperti pengembangan kelembagaan, penguatan kurikulum, kapasitas guru dan tenaga kependidikan, serta pemberdayaan pesantren dan pendidikan agama Islam secara umum. Sejumlah tokoh penting hadir sebagai narasumber dan pemantik diskusi dalam forum ini, di antaranya Prof. Dr. M. Arskal Salim, Prof. Dr. Phil. Sahiron, Prof. Dr. Nyanyu Khodijah, Dr. Thobib Al-Asyhar, Dr. Basnang Said, Dr. Munir dan Perwakilan dari Kedutaan Besar Inggris. Keterlibatan para ahli dan praktisi serta sejumlah tokoh penting ini semakin memperkaya perspektif serta membuka peluang kolaborasi nyata dalam pengembangan pendidikan Islam yang lebih progresif dan mendunia. Hal ini memperlihatkan komitmen kedua belah pihak dalam menjajaki program-program konkret yang dapat segera diimplementasikan.
Salah satu bentuk kerjasama yang akan segera diskemakan oleh Kemenag RI dan Kedubes Inggris adalah Chevening Scholarship dan Chevening Fellowship. Chevening Scholarship merupakan program beasiswa penuh untuk program Magister (S2) selama satu tahun di universitas-universitas terkemuka di Inggris. Sedangkan Chevening Fellowship merupakan program non-gelar untuk para profesional lulusan pasca sarjana yang telah berada dalam posisi strategis dan memiliki pengaruh di institusi dan sosialnya. Mencakup pelatihan, riset, workshop dan penempatan profesional di Inggris, sebagai bagian dari upaya diplomasi publik Inggris dan pengembangan jejaring global.
Dalam kesempatan ini, Agus Salim, dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, turut membagikan pengalamannya sebagai Chevening Fellow di Oxford Centre for Islamic Studies (OCIS). Ia menuturkan bagaimana program ini membuka peluang intelektual dan kolaboratif lintas negara, serta memperkuat jaringan ilmiah global dalam kajian Islam kontemporer. Pengalaman ini menjadi contoh nyata bagaimana sivitas akademika Indonesia dapat mengambil peran aktif dalam forum internasional.
Menariknya, kedua jalur Chevening ini tidak memiliki batasan usia dan terbuka untuk semua jurusan. Hal ini menjadikannya inklusif dan terbuka bagi semua kalangan baik dosen, peneliti, alumni, maupun sivitas akademika yang memiliki visi kepemimpinan dan komitmen pada perubahan yang berdampak. Melalui forum ini, STAI Salafiyah Bangil berkomitmen untuk mendukung langkah-langkah penguatan dan internasionalisasi pendidikan Islam, sekaligus membuka peluang kolaborasi internasional untuk peningkatan mutu pendidikan di lingkungan kampus. Kehadiran STAI Salafiyah Bangil dalam forum ini menjadi bukti nyata keterlibatan aktif kampus dalam menjawab tantangan global pendidikan Islam melalui sinergi lintas negara.
Munawwaroh, M.Pd
Semoga ke depannya STAI SABA bisa maju dan harus maju ….
Siap menjadi kampus merdeka….